Wiwin Novi A. Rumata

Teringat akan masa kecilku yang penuh dengan kenakalan. Dialah kakak yang selalu menjagaku dan senantiasa tersenyum menghadapi kenakalan ini, disaat semua orang memasang wajah tegangnya mendapatiku berulah lagi. Kata mereka; “Dia paling menyayangimu diantara yang lain…”, dan tahukah kakak hal itu juga kurasakan dalam hati ini.

Tak adanya media komunikasi membuat kita yang terpisah jauh semakin tak saling mengetahui bertahun-tahun lamanya, sampai saat kabar engkau terbaring sakit itu tiba. Keterbatasanku dalam kesedihan membuatku hanya dapat memohon padaNYA semoga engkau s’lalu dalam lindungannya.

Subuh itu kuterbangun dengan mata berair dan memoriku kembali merangkai bunga tidur yang sempat kualami semalam. Seseorang datang padaku memintaku untuk menjaga diri seraya mengucapkan selamat tinggal. Logikaku tak dapat mencerna sebuah mimpi membuatku menangis saat tertidur? Ataukah ini memang sebuah tanda dariNYA? Kejadian beberapa menit sebelum datangnya kabar engkau telah tiada… Untuk pagi yang sedih.

Malam ini tepat tujuh harinya engkau berpulang ke Rahmatullah. Dalam tiap malam ini senantiasa kupanjatkan doa semoga engkau diterima disisiNYA…

Rasa syukur ini karena pernah miliki kakak terbaik sepertimu. Tapi belum sempat ku tahu, apakah adikmu ini telah menjadi adik yang baik untukmu?

14 Oktober 2010
0 Responses